KATA PENGANTAR
Puji
syukur Saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Saya dapat menyelesaikan
makalah ini dengan Tepat waktu.
Adapun
isi dari makalah ini mengenai “Manusia Sebagai makhluk Berbudaya”, yang akan membahas
tentang Manusia sebgai makhluk yang berbudaya.
Tak lupa pula ucapan terima kasih Saya kepada Kerabat dan orang-orang yang telah berpartisipasi atas terselesaikannya makalah ini.
Makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran
sangat dibutuhkan agar makalah ini kedepannya dapat disempurnakan.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia adalah salah satu mahluk
Tuhan Yang Maha Esa yang paling sempurnadiantara semua mahluk ciptaan-Nya.
Manusia dibekali sesuatu yang amat berharga dan istimewayang tidak dibekalkan
Tuhan Yang Maha Esa kepada mahluk ciptaan-Nya yang lain, dengan akalmanusia
dapat membuat keputusan diantara beberapa pilihan yang ada, mengambil
pelajaranyang terjadi dalam kehidupannya baik itu kejadian menyenangkan dan
tidak menyenangkan baginya, serta dapat mempertimbangkan baik burunya
segala hal yang akan mempengaruhikehidupannya.Dalam kehidupannya manusia
menjalani banyak aktifitas, mulai dari aktifitas pribadi,keluarga, etnis/suku,
kelompok dan masyarakat. Dari aktifitas-aktifitas tersebut kegiatan
yangmelibatkannya etnis/sukunya yang memiliki kekhasan tersendiri. Pada umumnya
kegiatan yangterjadi dalam kalangan suatu suku atau etnis merupakan warisan
turun-temurun dari para leluhur-lehuhur mereka. Sedangkan sifat dari
kegiatan-kegiatan tersebut umumnya sacral atau dianggapsuci dan bernilai oleh
kalangan masyarakat suku atau etnis tersebut.Kegiatan-kegiatan yang telah
diwariskan turun-temurun dan dianggap sakral tersebut biasa kita sebut
sebagai budaya. Selain berupa kegiatan-kegiatan budaya dapat berupa
aturan-aturan, nilai-nilai, dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku didalam suatu
kalangan suku atau etnis.Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa
dan etnis memiliki berbagai macam budaya yang unik dan memiliki
keistimewaan sendiri.Manusia sebagai mahluk yang hidup dalam suatu suku atau
etnis khususnya diIndonesia merupakan pelaku utama budaya-budaya yang ada di
dalam Nusantara itu, makakarena itu manusia adalah mahluk budaya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Hakikat manusia sebagai makhluk
budaya.
2.
Etika dan estetika berbudaya.
3.
Problematika kebudayaan.
4.
Prorses terjadinya pembudayaan.
C.
Tujuan
1.
Menganalisis makna manusia sebagai
makhluk berbudaya.
2.
Membedakan antara etika dan estetika
berbudaya.
3.
Memberikan contoh problematika
kebudayaan.
4.
Mengetahui proses terjadinya pembudayaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat Manusia Sebagai Makhluk budaya
Manusia
adalah salah satu makhluk tuhan di dunia. Makhluk tuhan di alam fana ini ada
empat macam yaitu, alam, tumbuhan, binatang dan manusia. Sifat-sifat yang
dimiliki ke empat makhluk tuhan tersebut sebagai berikut.
1.
Alam
memiliki sifat wujud
2.
Tumbuhan
memiliki sifat wujud dan hidup
3.
Binatang
memiliki sifat wujud, hidup dan dibekali nafsu.
4.
Manusia
memiliki sifat wujud, hidup, dibekali nafsu, serta akal budi.
Akal
budi merupakan pemberian sekalikigus potensi dalam diri manusia yang tidak
dimiliki makhluk lain. Kelebihan manusia disbanding makhluk lain terletak pada
akal budi. Anugrah tuhan akan akal budilah yang membedakan manusia dari makhluk
lain. Akal adalah kemampuan berpikir manusia sebagai kodrat alami yang
dimiliki. Berpikir merupakan perpuatan oprasional dari akal yang meendorong
untuk aktif berbuat demi kepentingan dan peningkatan hidup manusia. Jadi,
fungsi dari akal adalah berpikir. Karena manusia dianugrahi akal maka manusia
dapat berpikir.kemampuan berpikir manusia juga digunakan untuk memecahkan
masalah-masalah hidup yang di hadapinya.
Dengan
akal budinya manusia mampu menciptakan, mengkreasi, memperlakukan,
memperbaharui, memperbaiki, mengembangakan dan meningkatkan suatu yang ada
untuk kepentingan hidup manusia. Kepentingan hidup manusia adalah dalam rangka
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Secara umum kebutuhan manusia dalam kehidupan
dibedakan menjadi dua. Pertama, kebutuhan yang bersifat kebendaan
(sarana-prasarana) atau badani/ragawi atau jasmani/biologis. Contohnya adalah
makanan, minum, bernafas, istirahat dan seterusnya. Kedua, kebutuhan yang
bersifat rohani atau mental atau psikologi. Contohnya adalah kasih saying,
pujian, perasaan aman, kebebasan, dan lain sebagainya.
Abraham
Maslow seorang ahli psikologi, perpendapat bahwa kebutuhan manusia dalam hidup
dibagi menjadi 5 tingkatan. Kelima tingkatan tersebut adalh sebagai berikut.
1.
Kebutuhan
fisiologis (physiological nieeds). Kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar,
primer, dan vital. Kebutuhan ini menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari
organism manusia, seperti kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat tinggal,
sembuh dari sakit, kebutuhan seks, dsb.
2.
Kebutuhan
akan rasa aman dan perlindungan (safety dan security needs). Kebutuhan ini
menyangkup perasaan, seperti bebas dari rasa takut, terlindung dari bahaya dan
ancaman penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil, dsb.
3.
Kebutuhan
sosial (social needs). Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan dicintai
diperhitungkan sebagai peribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia
kawan, kerjasama, persahabatan, interaksi, dsb.
4.
Kebutuhan
akan penghargaan (esteem needs). Kebutuhan ini meliputi kebutuhan dihargainya
kemampuan, kedudukan, jabatan, status, pangkat, dsb.
5.
Kebutuhan
akan aktualisasi diri (self actualization). Kebutuhan ini meliputi kebutuhan
untuk memeksimalkan penggunaan potensi-potensi, kemmpuan, bakat, kreativitas,
ekspresi diri, prestasi, dsb.
Secara hierarkis, tingkatan kebutuhan manusia menurut A. Maslow dapat digambarkan dalam bentuk piramida sebagai berikut:
Dengan
akal budi, manusia tidak hanya memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga mampu
mempertahankan serta meningkatkan derajatnya sebagai makhluk yang tinggi bila dibandingkan
dengan makhluk lain. Manusia tidak sekedar homo, tetapi human (manusia yang
memanusiawi). Dengan demikian, manusia memiliki dan mampu mengembangkan sisi
kemanusiaannya.
Dengan
akal budi, manusia mampu menciptakan kebudayaan. Kebudayaan pada dasarnya
adalah hasil akal budi manusia dalam interaksinya, baik dengan alam maupun
manusia lainnya. Manusia merupakan makhluk yang berbudaya. Manusia adalah
pencipta kebudayaan.
B.
Etika Dan Astetika berbudaya
Etika
memiliki makna yang bervariasi. Bertens menyebutkan ada tiga jenis makna etika
sebagai berikut.
a.
Etika
dalam arti nilai-nilai norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelopok
orang dalam mengatur tingkah laku.
b.
Etika
dalam arti kumpulan asa atau nilai moral (yang dimaksud disini adalah kode
etik).
c.
Etika
dalam arti ilmu atau ajaran tentang yang baik atau yang buruk. Disini etika sam
artinya dengan filsafat moral.
Norma
etik ditujukan kepada umat mnusia agar terbentuk kebaikan akhlak pribadi guna
penyempurnaan manusia dan melarang manusia melakukan perbuatan jahat. Membunuh,
berzina, mencuri, dan sebagainya tidak hanya dilarang oleh norma kepercayaan
atau keagamaan saja, tetapi dirasakan juga sebagai bertentangan dengan (norma)
kesusilaan dalam setiap ati nuran manusia. Norma etik hanya membebani manusia
dengan kewajiban-kewajiban saja.
Asal
atau sumber norma etik adalah dari manusia sendiri yang bersifat otonom dan
tidak ditujukan kepada sikap lahir,tetapi ditujukan kepada sikap batin manusia.
Batinya sendirilah yang mengancam perbuatan yang melanggar norma kesusilaan
dengan sanksi. Tidak ada kekuasaan didalam dirinya yang memaksakan sanksi itu.
Kalau terjadi pelanggaran norma etik, misalnya pencurian atau penipuan, maka
akan timbulah dalam hati nurani si pelanggar itu rasa penyesalan, rasa malu,
takut, dan merasa bersalah.
Norma
etik atau norma moral menjadi acuan manusia dalam berperilaku. Dengan norma
etik, manusia bias membedakan mana perilaku yang baik dan mana perilaku yang
buruk. Norma etk menjadi semacam das sollen untuk berperilaku baik. Manusia
yang beretika berarti perilaku manusia itu baik sesuai dengan norma-norma etik.
Budaya
atau kebudayaan adalah hasil cipta, ras, dan karsa manusia. Manusia yang
beretikan akan menghasilkan budaya yang memiliki nilai-nilai etik pula. Etika
berbudaya mengandung tuntutan/keharusan bahwa budaya yang diciptakan manusia
mengandung nilai-nilai etik yang kurang lebih bersifat universal atau diterima
sebagian besar orang. Budaya yang memiliki nilai-nilai etik adalah budaya yang
mampu menjaga, mempertahankan, bahkan mampu meningkatan harkat dan martabat
manusia itu sendiri. Sebaliknya, budaya yang tidak beretika adalah kebudayaan yang
akan merendahkan atau bahkan menghancurkan martabat manusia.
Namun
demikian, menentukan apakaah suatu budaya yang dihasilkan manusia itu memenuhi
nilai-nilai etik ataukah menyimpang dari nilai etika adalah bergantung dari
paham atau ideology yang diyakini masyarakat pendukng kebudayaan. Hal ini
dikarenakan berlakunya nilai-nilai etik bersifat ubiversal, namun amat
dipengaruhi oleh ideology masyarakatnya.
C.
Problematika
Kebudayaan
Kenudayaan
yang diciptakan manusia dalam kelompok dan wilayah yang berbeda-beda
menghasilkan keraganman kebudayaan. Tiap persekutuaan hidup manusia
(masyarakat, suku, atau bangsa) memiliki kebudayaan sendiri yang berbeda dengan
kebudayaan kelompok lain. Kebudayaan yang dimiliki kelompok manusia membentuk cirri
dan menjadi perbedaan dengan kelompok lain. Dengan demikian, kebudayaan
merupakan identitas dari persekutuan hidup manusia.
Dalam
rangka pemenuhan hidupnya manusia akan berinteraksi dengan manusia lain,
masyarakat berhubungan dengan masyarakat lain, demikian pula terjadi hubungan
antar persekutuan hidup manusia dari waktuke waktu dan terus berlangsung
sepanjang kehidupan manusia. Kebudayaaan yang ada ikut pula mengalami dinamika
seiring dengan dinamika pergaulan hidup manusia sebagai pemilik kebudayaaan.
Berkaitan dengan hal tersebut kita mengenal adanya pewarisan kebudayaan,
perubahan kebudayaan, dan penyebaran kebudayaa.
1.
Pewarisan
kebudayaan
Pewarisan
kebudayana adalah proses pemindahan, penelusuran, pemilikan, dan pemakaian
kebudayaan dari generasi ke generasi secara berkesinambungan. Pewarisan budaya
bersifat vertical artinya budaya diwariskan dari generasi terdahulu kepada
generasi berikutnya untuk digunakan dan selanjutnya diteruskan kepada generasi
yang akan dating.
Pewarisan
kebudayaan dapat dilakukan melalui enkulturasi dan sosialisasi. Enkulturasi
atau pembudayaan adalah proses mempelajari dan menyesuaikan pikiran dan sikap
individu dengan system norma, adat dan peraturan hidup dalam kebudayaannya.
Proses enkulturasi dimulai sejak dini, yaitu masa kanak-kanak, bermula dari
lingkungan keluarga, teman-teman sepermainan dan masyarakat luas. Sosialisasi
atau proses permasyarakatan adalah individu menyesuaikan diri dengan individu
lain dalam masyarakatnya.
Dalam
hal pewarisan budaya bias muncul masalah antara lain : sesuai atau tidaknya
budaya tersebut dengan dinamika masyarakat saat sekarang, penolakan generasi
penerima terhadap warisan budaya tersebut, dan munculnya budaya baru yang tidak
lagi sesuai dengan budaya warisan.
2.
Perubahan
Kebudayaan
Perubahan
kebudayaan adalah perubahan yang terjadi sebagai akibat adanya ketidaksesuaian
di antara unsure-unsur budaya yang saling berbeda sehingga terjadi keadaan yang
fungsinya tidak serasi dengan kehidupan. Perubahan kebudayaan mencakupbanyak
aspek, baik bentuk, sifat perubahan, dampak perubahan dan mekanisme yang
dilaluinya. Perubahan kebudayaan didalamnya mencangkup perubahan kebudayaan.
Pembangunan dan modernisasi termasuk pula perubahan kebudayaan.
Perubahan
kebudayaan yang terjadi bias memunculkan masalah, antara lain perubahan akan
merugikan manusia jika perubahan tersebut bersifat regress (kemunduran) bukan
progress (kemajuan), perubahan bias berdampak buruk atau menjadi bencana jika
dilakukan melalui revolusi, berlangsung cepat, dan diluar kendali manusia.
3.
Penyebaran
Kebudayaan
Penyebaran
kebudayaan atau difusi adalah proses menyebarkan unsur-unsur kebudayaan dari
suatu kelompok ke kelompok lain atau suatu masyarakat ke masyarakat lain.
Kebudayaan kelomok masyarakat di suatu wilayah bias menyebar ke
masyarakatwilayah lain. Misalnya, kebudayaan dari masyarakat barat
(Negara-negara eropa) masuk dan mempengaruhi kebudayaan timur (bangsa asia dan
afrika). Globalisasi budaya bias dikatakan pula sebagai penyebaran suatu
kebudayaan secara meluas.
Dalam
hal ini penyebaran kebudayaan, seorang sejarawan Arnold J. Toynbee merumuskan
beberapa dalil tentang radiasi budaya sebagai berikut.
Pertama, aspek atau unsur
budaya selalu masuk tidak secara keseluruhan, melainkan individual. Kebudayaan
barat yang masuk kedunia timur pada abad ke 19 tidak masuk secara keseluruhan.
Dunia timur tidak menganbil budaya barat secara keseluruhan, tetapi unsure
tertentu, yaitu teknologi. Teknologi merupakan unsure yang paling mudah
diserap. Industrialisasi di Negara-negara timur merupakan pengaruh dari
kebudayaan barat.
Kedua, kekuatan
menembus suatu budaya berbanding terbalik dengan nilainya. Makin tinggi dan
dalam aspek budayanya, makin sulit untuk diterima. Contoh religis adalah
lapisan dalam dari budaya. Religi orang barat (Kristen)sulit diterima oleh
orang timur disbanding teknologinya. Alasanya, religi merupakan budaya yang
paling dalam dan tinggi, sedangkan teknologi merupakan lapisan luar dari
budaya.
Ketiga, jika satu unsure
budaya masuk makan akan menarik unsure budaya lain. Unsur teknologi asing yang
diadopsi akan membawa masuk pula nilai budaya asing melalui orang-orang asing
yang bekerja di industry teknologi tersebut.
Keempat, aspek atau unsur
budaya yang di tanah asalnya tidak berbahaya, bisa menjadi bahaya bagi
masyarakat yang didatangi. Dalam hal ini, Toynbee memberikan contoh
nasionalisme. Nasionalisme sebagai hasil evolusi social budaya dan menjadi
sebab tunbuhnya Negara-negara nasional di Eropa abad ke-19 justru memecah belah
system kenegaraan di dunia Timut, seperti kesultanan dan kekhalifahan di Timur
Tengah.
Penyebaran
kebudayaaan (difusi) bias menimbulkan masalah. Masyarakat penerima akan
kehilangan nilai-nilai budaya lokal sebagai akibat kuatnya budaya asing yang
masuk. Contoh globalisasi budaya yang bersumber dari kebudayaan barat pada era
sekarang ini adalah masuknya nilai-nilai budaya global yang dapat member dampak
negative bagi perilaku sebagai masyarakt Indonesia. Misalnya, pola hidup
konsumtif, hedonism, prasmatis, dan individualistic. Akibatnya, nilai budaya
bangsa seperti rasa kebersamaan dan kekeluargaan lambat laun bias hilang dari
masyarakat Indonesia.
Pada
dasarnya, difusi merupakan bentuk kontak antar kebudayaan. Selain difusi,
kontak kebudayaan dapat pula berupa akulturasi dan asimilasi. Akulturasi
berarti pertemuan antara kebudayaan atau lebih yang berbeda. Akulturasi
merupakan kontak antar kedua kebudayaan, namun masing-masing masih
memperlihatkan unsure-unsur budayanya. Asimilasi berarti peleburan antar
kebudayaan yang bertemu. Asimilasi terjadi karena proses yang berlangsung lama
dan intensif antara mereka yang berlainan latar belakang ras, suku, bangsa, dan
kebudayaan. Pada umumnya, asimilasi menghasilkan kebudayaan baru.
D.
Proses
Pembudayaan
A. Proses Internalisasi
Proses internalisasi dimaksud proses panjang sejak seorang
individu dilahirkan, sampai iahampir meninggal, dimana ia belajar menanamkan
dalam kepribadiannya segala perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi yang
diperlukannya sepanjang hidupnya.
Dalam pengertian lain, internalisasi adalah penghayatan
terhadap suatu ajaran, doktrinatau nilai sehingga merupakan keyakinan dan
kesadaran akan kebenaran doktrin ataunilai yang diwujudkan dalam sikap dan
perilaku (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002:439).
Manusia mempunyai bakat yang telah terkandung dalam gen-nya
untuk mengembangkan berbagai macam perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi
dalam kepribadian individunya,tetapi wujud dan pengaktifan dari berbagai macam
isi kepribadiannya itu sangatdipengaruhi oleh berbagai macam stimuli yang
berada dalam sekitaran alam danlingkungan sosial maupun budayanya. Perasaan
pertama yang diaktifkan dalamkepribadian seorang bayi kecil pada saat ia
dilahirkan keluar dari kandungan ibunya,adalah perasaan puas dan tak puas.
Sekitaran yang berada di luar kandungan ibu dimanaia sekonyong-konyong berada
itu memberi pengalaman tidak puas yang pertama kepadasi individu yang baru itu.
Baru setelah ia dibungkus dengan selimut dan diberikesempatan untuk menyusu,
maka rasa tak puas itu dipuaskan, dan perasaan puas pundialaminya. Kemudian
setiap kali ia terkena pengaruh–pengaruh lingkungan yang
menyebabkan rasa tidak puas tadi ia akan menangis, dan
setiap kali juga selimut dn susumen datangkan rasa puas tadi. Secara sadar si
bayi telah belajar untuk tidak hanya mengalami, tetapi juga mengetahui cara
bagaimana mendatangkan rasa puas, ialahdengan menangis.
B. Proses sosialisasi
Proses sosialisasi bersangkutan dengan proses belajar
kebudayaan dalam hubungandengan sistem sosial. Dalam proses itu seorang
individu dari masa anak – anak hinggamasa tuanya belajar pola – pola
tindakan dalam interaksi dengan segala macam individusekelilingnya yang
menduduki beraneka macam peranan sosial yang mungkin ada dalamkehidupan
sehari-hari. Menurut Soerjono Soekanto,
sosialisasi adalah suatu proses di mana anggota masyarakat baru
mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana ia menjadi anggota. Proses
sosialisasi antara golongan sosial yang satu dengan yang lain akan
berbeda.Sebagai contoh bayi yang diasuh dalam keluarga kaum buruh dalam kota –
kota industri besar di Amerika Serikat. Tokoh ayah dalam keluarga kaum
buruh tidak terlalu pentingdalam proses sosialisasi pertama dari bayi, karena
ayah sudah berangkat ke pabrik pagi – pagi sebelum si bayi
bangun, sedang siang ia tidak pulang untuk makan, dan barukembali pada malam
hari apabila bayi sudah akan ditidurkan. Hanya pada hari Sabtu danMinggu bayi
mengalami pengaruh kehadiran ayahnya.Contoh lain dari suatu proses sosialisasi
yang lain akan dialami misalnya oleh bayi yangdiasuh dalam keluarga – keluarga
dari berbagai suku bangsa di Irian Jaya. Di sana bayi pada waktu yang
sangat muda seringkali sudah akan berhadapan dengan berbagai wanitalain selain
ibunya, yang segera setelah ia merasa kuat untuk bekerja kembali, akan pergike
kebun ubi tiap hari dengan membawa bayinya untuk bekerja. Bayinya diikat di
atas punggungnya, dan selama waktu istirahat bayi itu selalu dikerumuni
serta banyak mendapat perhatian dari para wanita lain di kebun.
Demikianlah para individu dalam masyarakat yang berbeda akan
mengalami juga prosessosialisasi yang berbeda, karena proses sosialisasi itu
banyak ditentukan oleh susunankebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan.
C. Proses enkulturasi
Proses ini dapat juga kita terjemahkan dengan suatu istilah
Indonesia yang cocok sekali,
yaitu “pembudayaan”. Dalam bahasa Inggris juga dipergunakan
istilah“institutionalization”. Dalam proses itu seorang individu mempelajari
dan menyesuaikanalam pikiran serta sikapnya dengan adat – adat,
sistem, norma, dan peraturan – peraturanyang hidup dalam
kehidupannya.
Sejak kecil proses enkulturasi itu sudah dimulai dalam
alam pikiran warga suatumasyarakat, mula – mula dari orang – orang di
dalam lingkungan keluarganya, kemudiandari teman – temannya bermain. Dalam
masyarakat ia belajar membuat alat-alat permainan, belajar membuat
alat-alat kebudayaan, belajar memahami unsur-unsur budayadalam masyarakatnya.
Pada mulanya, yang dipelajari tentu hal-hal yang
menarik perhatiannya dan yang konkret. Kemudian sesuai dengan
perkembangan jiwanya, iamempelajari unsur-unsur budaya lainnya yang lebih
kompleks dan bersifat abstrak.
Apakah perbedaan antara enkulturasi dan sosialisasi?
M.J.Herskovits berpendapat bahwa perbedaan antara enculturation (enkulturasi)
dengan sosialization (sosialisasi)adalah sebagai berikut :
1) Enculturation (enkulturasi)
adalah suatu proses bagi seorang baik secara sadar maupun
tidak sadar, mempelajari seluruh kebudayaan masyarakat.
2)Sosialization (sosialisasi)
adalah suatu proses bagi seorang anak untuk menyesuaikandiri
dengan norma-norma yang berlaku dalam keluarganya.
Secara singkat perbedaan antara enkulturasi dan sosialisasi adalah
dalam enkulturasiseorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikirannya
dengan lingkungankebudayaannya, sedangkan sosialisaasi si individu melakukan
proses penyesuaian diridengan lingkungan sosial.
D. Proses
difusi
Proses Difusi adalah saat penyebaran dan migrasi
kelompok-kelompok manusia di muka bumi, turut pula tersebar unsur-unsur
kebudayaan dan sejarah dari proses penyebaranunsur-unsur kebudayaan ke seluruh
penjuru dunia. Namun, penyebaran unsur-unsur kebudayaan juga bias tanpa
melalui perpindahan kelompok-kelompok manusia atau bangsa dari suatu
tempat ke tempat lain, namun karena ada individu-individu tertentuyang membawa
unsur-unsur kebudayaan itu hingga jauh sekali. Bentuk difusi yang lainadalah
penyebaran unsur-unsur kebudayaan berdasarkan pertemuan
antara-antaraindividu-individu dalam suatu kelompok manusia dengan
individu-individu kelompok tetangga. Dan pertemuan- pertemuan kelompok ini
dapat dengan berbagai cara.
Cara yang pertama adalah hubungan di mana antara bentuk dari
kebudayaan masing-masing hampir tidak berubah. Hubungan ini disebut hubungan symbiotic.
Cara yang lain adalah bentuk hubungan yang disebabkan karena
perdagangan, tetapi dengan akibat yanglebih jauh dari hubungan symbiotic.
E.
Proses Akulturasi dan Asimilasi
Akulturasi adalah konsep mengenai proses sosial yang timbul
bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan
dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga
unsur-unsur kebudayaan asing itulambat laun diterima dan diolah ke dalam
kebudayaan sendiri tanpa menyebabkanhilangnya kepribadian kebudayaan itu
sendiri.
Jika masalah tentang akulturasi diringkas, ada lima golongan
masalah yang akan tampak,yaitu :
1.
Masalah mengenai metode-metode untuk
mengobservasi, mencatat, dan melukiskan proses akulturasi dalam suatu
masyarakat;2.
Masalah mengenai unsur-unsur kebudayaan asing apa yang mudah
diterima, danunsur-unsur kebudayaan asing apa yang sukar diterima oleh
masyarakat penerima;3.
Masalah mengenai unsur-unsur kebudayaan apa yang mudah
diganti atau diubah, danunsur-unsur apa yang tidak mudah diganti atau diubah
oleh unsur-unsur kebudayaanasing;4.
Masalah mengenai individu-individu apa yang suka dan cepat
menerima, danindividu-individu apa yang sukar dan lambat menerima unsur-unsur
kebudayaanasing;5.
Masalahmengenai ketegangan-ketegangan dan krisisi-krisis
sosial yang timbulsebagai akibat akulturasi.Asimilasi adalah proses sosial yang
timbul bila ada : (i) golongan-golongan manusiadengan latar belakang kebudayaan
yang berbeda-beda, (ii) saling bergaul secara langsungsecara intensif untuk
waktu yang lama, sehingga (iii) kebudayaan-kebudayaan golongan-golongan tadi
masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsurnyamasing-masing
berubah menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.Ada faktor-faktor yang
menghambat proses asimilasi. Factor-faktor itu adalah : (i)
kurang pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi, (ii) sifat takut
terhadap kekuatan darikebudayaan lain; (iii) perasaan superioritas pada
individu-individu dari suatu kebudayaanterhadap yang lain.
F.
Proses Inovasi
Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan
sumber-sumber alam, energy,dan modal, pengaturan baru dari tenaga kerja dan
penggunaan teknologi baru yang semuaakan mneyebabkan adanya system produksi,
dan dibuatnya produk-produk yang baru.Suatu penemuan biasanya juga merupakan
suatu proses sosial yang panjang yang melaluidua tahap khusus, yaitu discovery
dan invention. Suatu discovery adalah suatu penemuandari suatu unsur kebudayaan
yang baru, baik yang berupa suatu alat baru, suatu ide baruyang diciptakan oleh
seorang individu, atau suatu rangkaian dari beberapa individu dalammasyarakat
yang bersangkutan. Discovery baru menjadi invention apabila masyarakatsudah
mengakui, menerima, dan menerapkan penemuan baru itu.
Suatu penemuan baru selalu harus dilihat dalam rangka
kebudayaan di mana penemuantadi terjadi. Hal ini disebabkan karena suatu
penemuan baru jarang merupakan suatu perubahan mendadak dari keadaan tidak
ada menjadi keadaan ada. Suatu penemuan baru biasanya berupa suatu
rangkaian panjang, dimulai dari penemuan-penemuan kecil yangsecara akumulatif
atau secara bertimbun menjadi banyak. Proses inovasi itu jugamerupakan suatu
proses evolusi, bedanya ialah bahwa dalam proses evolusi individu-individu itu
pasif, bahkan sering bersifat negatif.
BAB
III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
"Makalah Isbd (Manusia Sebagai Makhluk Budaya)". https://www.scribd.com/doc/285144062/Makalah-Isbd-Manusia-Sebagai-Makhluk-Budaya [Online].
"Makalah Manusia Sebagai makhluk budaya". http://www.academia.edu/4917225/MAKALAH_MANUSIA_SEBAGAI_MAHLUK_BUDAYA_Karya_Ilmiah_ini_disusun_guna_melengkapi_nilai_mata_kuliah_Ilmu_Sosial_Budaya_Dasar [Online]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Makasih sudah Berkunjung, Jangan Lupa Tinggalkan komentar Ya Salam Kenal~