Jumat, 06 November 2015

Makalah ISD: Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya




KATA PENGANTAR
            Puji syukur Saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan Tepat waktu.
            Adapun isi dari makalah ini mengenai “Manusia Sebagai makhluk Berbudaya”, yang akan membahas tentang Manusia sebgai makhluk yang berbudaya.
            Tak lupa pula ucapan terima kasih Saya kepada Kerabat dan orang-orang yang telah berpartisipasi atas terselesaikannya makalah ini.
            Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran sangat dibutuhkan agar makalah ini kedepannya dapat disempurnakan.
           


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Manusia adalah salah satu mahluk Tuhan Yang Maha Esa yang paling sempurnadiantara semua mahluk ciptaan-Nya. Manusia dibekali sesuatu yang amat berharga dan istimewayang tidak dibekalkan Tuhan Yang Maha Esa kepada mahluk ciptaan-Nya yang lain, dengan akalmanusia dapat membuat keputusan diantara beberapa pilihan yang ada, mengambil pelajaranyang terjadi dalam kehidupannya baik itu kejadian menyenangkan dan tidak menyenangkan baginya, serta dapat mempertimbangkan baik burunya segala hal yang akan mempengaruhikehidupannya.Dalam kehidupannya manusia menjalani banyak aktifitas, mulai dari aktifitas pribadi,keluarga, etnis/suku, kelompok dan masyarakat. Dari aktifitas-aktifitas tersebut kegiatan yangmelibatkannya etnis/sukunya yang memiliki kekhasan tersendiri. Pada umumnya kegiatan yangterjadi dalam kalangan suatu suku atau etnis merupakan warisan turun-temurun dari para leluhur-lehuhur mereka. Sedangkan sifat dari kegiatan-kegiatan tersebut umumnya sacral atau dianggapsuci dan bernilai oleh kalangan masyarakat suku atau etnis tersebut.Kegiatan-kegiatan yang telah diwariskan turun-temurun dan dianggap sakral tersebut biasa kita sebut sebagai budaya. Selain berupa kegiatan-kegiatan budaya dapat berupa aturan-aturan, nilai-nilai, dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku didalam suatu kalangan suku atau etnis.Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan etnis memiliki berbagai macam budaya yang unik dan memiliki keistimewaan sendiri.Manusia sebagai mahluk yang hidup dalam suatu suku atau etnis khususnya diIndonesia merupakan pelaku utama budaya-budaya yang ada di dalam Nusantara itu, makakarena itu manusia adalah mahluk budaya.


B.     Rumusan Masalah
1.      Hakikat manusia sebagai makhluk budaya.
2.      Etika dan estetika berbudaya.
3.      Problematika kebudayaan.
4.      Prorses terjadinya pembudayaan.

C.     Tujuan
1.      Menganalisis makna manusia sebagai makhluk berbudaya.
2.      Membedakan antara etika dan estetika berbudaya.
3.      Memberikan contoh problematika kebudayaan.
4.      Mengetahui  proses terjadinya pembudayaan.  






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hakikat Manusia Sebagai Makhluk budaya

Manusia adalah salah satu makhluk tuhan di dunia. Makhluk tuhan di alam fana ini ada empat macam yaitu, alam, tumbuhan, binatang dan manusia. Sifat-sifat yang dimiliki ke empat makhluk tuhan tersebut sebagai berikut.
1.      Alam memiliki sifat wujud
2.      Tumbuhan memiliki sifat wujud dan hidup
3.      Binatang memiliki sifat wujud, hidup dan dibekali nafsu.
4.      Manusia memiliki sifat wujud, hidup, dibekali nafsu, serta akal budi.
Akal budi merupakan pemberian sekalikigus potensi dalam diri manusia yang tidak dimiliki makhluk lain. Kelebihan manusia disbanding makhluk lain terletak pada akal budi. Anugrah tuhan akan akal budilah yang membedakan manusia dari makhluk lain. Akal adalah kemampuan berpikir manusia sebagai kodrat alami yang dimiliki. Berpikir merupakan perpuatan oprasional dari akal yang meendorong untuk aktif berbuat demi kepentingan dan peningkatan hidup manusia. Jadi, fungsi dari akal adalah berpikir. Karena manusia dianugrahi akal maka manusia dapat berpikir.kemampuan berpikir manusia juga digunakan untuk memecahkan masalah-masalah hidup yang di hadapinya.
Dengan akal budinya manusia mampu menciptakan, mengkreasi, memperlakukan, memperbaharui, memperbaiki, mengembangakan dan meningkatkan suatu yang ada untuk kepentingan hidup manusia. Kepentingan hidup manusia adalah dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidup. Secara umum kebutuhan manusia dalam kehidupan dibedakan menjadi dua. Pertama, kebutuhan yang bersifat kebendaan (sarana-prasarana) atau badani/ragawi atau jasmani/biologis. Contohnya adalah makanan, minum, bernafas, istirahat dan seterusnya. Kedua, kebutuhan yang bersifat rohani atau mental atau psikologi. Contohnya adalah kasih saying, pujian, perasaan aman, kebebasan, dan lain sebagainya.
Abraham Maslow seorang ahli psikologi, perpendapat bahwa kebutuhan manusia dalam hidup dibagi menjadi 5 tingkatan. Kelima tingkatan tersebut adalh sebagai berikut.
1.      Kebutuhan fisiologis (physiological nieeds). Kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar, primer, dan vital. Kebutuhan ini menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari organism manusia, seperti kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat tinggal, sembuh dari sakit, kebutuhan seks, dsb.
2.      Kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan (safety dan security needs). Kebutuhan ini menyangkup perasaan, seperti bebas dari rasa takut, terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil, dsb.
3.      Kebutuhan sosial (social needs). Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan dicintai diperhitungkan sebagai peribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan, kerjasama, persahabatan, interaksi, dsb.
4.      Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs). Kebutuhan ini meliputi kebutuhan dihargainya kemampuan, kedudukan, jabatan, status, pangkat, dsb.
5.      Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization). Kebutuhan ini meliputi kebutuhan untuk memeksimalkan penggunaan potensi-potensi, kemmpuan, bakat, kreativitas, ekspresi diri, prestasi, dsb.


Secara hierarkis, tingkatan kebutuhan manusia menurut A. Maslow dapat digambarkan dalam bentuk piramida sebagai berikut:
 





Dengan akal budi, manusia tidak hanya memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga mampu mempertahankan serta meningkatkan derajatnya sebagai makhluk yang tinggi bila dibandingkan dengan makhluk lain. Manusia tidak sekedar homo, tetapi human (manusia yang memanusiawi). Dengan demikian, manusia memiliki dan mampu mengembangkan sisi kemanusiaannya.
Dengan akal budi, manusia mampu menciptakan kebudayaan. Kebudayaan pada dasarnya adalah hasil akal budi manusia dalam interaksinya, baik dengan alam maupun manusia lainnya. Manusia merupakan makhluk yang berbudaya. Manusia adalah pencipta kebudayaan.

B.     Etika Dan Astetika berbudaya

Etika memiliki makna yang bervariasi. Bertens menyebutkan ada tiga jenis makna etika sebagai berikut.
a.    Etika dalam arti nilai-nilai norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelopok orang dalam mengatur tingkah laku.
b.   Etika dalam arti kumpulan asa atau nilai moral (yang dimaksud disini adalah kode etik).
c.    Etika dalam arti ilmu atau ajaran tentang yang baik atau yang buruk. Disini etika sam artinya dengan filsafat moral.
Norma etik ditujukan kepada umat mnusia agar terbentuk kebaikan akhlak pribadi guna penyempurnaan manusia dan melarang manusia melakukan perbuatan jahat. Membunuh, berzina, mencuri, dan sebagainya tidak hanya dilarang oleh norma kepercayaan atau keagamaan saja, tetapi dirasakan juga sebagai bertentangan dengan (norma) kesusilaan dalam setiap ati nuran manusia. Norma etik hanya membebani manusia dengan kewajiban-kewajiban saja.
Asal atau sumber norma etik adalah dari manusia sendiri yang bersifat otonom dan tidak ditujukan kepada sikap lahir,tetapi ditujukan kepada sikap batin manusia. Batinya sendirilah yang mengancam perbuatan yang melanggar norma kesusilaan dengan sanksi. Tidak ada kekuasaan didalam dirinya yang memaksakan sanksi itu. Kalau terjadi pelanggaran norma etik, misalnya pencurian atau penipuan, maka akan timbulah dalam hati nurani si pelanggar itu rasa penyesalan, rasa malu, takut, dan merasa bersalah.
Norma etik atau norma moral menjadi acuan manusia dalam berperilaku. Dengan norma etik, manusia bias membedakan mana perilaku yang baik dan mana perilaku yang buruk. Norma etk menjadi semacam das sollen untuk berperilaku baik. Manusia yang beretika berarti perilaku manusia itu baik sesuai dengan norma-norma etik.
Budaya atau kebudayaan adalah hasil cipta, ras, dan karsa manusia. Manusia yang beretikan akan menghasilkan budaya yang memiliki nilai-nilai etik pula. Etika berbudaya mengandung tuntutan/keharusan bahwa budaya yang diciptakan manusia mengandung nilai-nilai etik yang kurang lebih bersifat universal atau diterima sebagian besar orang. Budaya yang memiliki nilai-nilai etik adalah budaya yang mampu menjaga, mempertahankan, bahkan mampu meningkatan harkat dan martabat manusia itu sendiri. Sebaliknya, budaya yang tidak beretika adalah kebudayaan yang akan merendahkan atau bahkan menghancurkan martabat manusia.
Namun demikian, menentukan apakaah suatu budaya yang dihasilkan manusia itu memenuhi nilai-nilai etik ataukah menyimpang dari nilai etika adalah bergantung dari paham atau ideology yang diyakini masyarakat pendukng kebudayaan. Hal ini dikarenakan berlakunya nilai-nilai etik bersifat ubiversal, namun amat dipengaruhi oleh ideology masyarakatnya.
C.    Problematika Kebudayaan
Kenudayaan yang diciptakan manusia dalam kelompok dan wilayah yang berbeda-beda menghasilkan keraganman kebudayaan. Tiap persekutuaan hidup manusia (masyarakat, suku, atau bangsa) memiliki kebudayaan sendiri yang berbeda dengan kebudayaan kelompok lain. Kebudayaan yang dimiliki kelompok manusia membentuk cirri dan menjadi perbedaan dengan kelompok lain. Dengan demikian, kebudayaan merupakan identitas dari persekutuan hidup manusia.
Dalam rangka pemenuhan hidupnya manusia akan berinteraksi dengan manusia lain, masyarakat berhubungan dengan masyarakat lain, demikian pula terjadi hubungan antar persekutuan hidup manusia dari waktuke waktu dan terus berlangsung sepanjang kehidupan manusia. Kebudayaaan yang ada ikut pula mengalami dinamika seiring dengan dinamika pergaulan hidup manusia sebagai pemilik kebudayaaan. Berkaitan dengan hal tersebut kita mengenal adanya pewarisan kebudayaan, perubahan kebudayaan, dan penyebaran kebudayaa.
1.      Pewarisan kebudayaan
Pewarisan kebudayana adalah proses pemindahan, penelusuran, pemilikan, dan pemakaian kebudayaan dari generasi ke generasi secara berkesinambungan. Pewarisan budaya bersifat vertical artinya budaya diwariskan dari generasi terdahulu kepada generasi berikutnya untuk digunakan dan selanjutnya diteruskan kepada generasi yang akan dating.
Pewarisan kebudayaan dapat dilakukan melalui enkulturasi dan sosialisasi. Enkulturasi atau pembudayaan adalah proses mempelajari dan menyesuaikan pikiran dan sikap individu dengan system norma, adat dan peraturan hidup dalam kebudayaannya. Proses enkulturasi dimulai sejak dini, yaitu masa kanak-kanak, bermula dari lingkungan keluarga, teman-teman sepermainan dan masyarakat luas. Sosialisasi atau proses permasyarakatan adalah individu menyesuaikan diri dengan individu lain dalam masyarakatnya.
Dalam hal pewarisan budaya bias muncul masalah antara lain : sesuai atau tidaknya budaya tersebut dengan dinamika masyarakat saat sekarang, penolakan generasi penerima terhadap warisan budaya tersebut, dan munculnya budaya baru yang tidak lagi sesuai dengan budaya warisan.
2.      Perubahan Kebudayaan
Perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi sebagai akibat adanya ketidaksesuaian di antara unsure-unsur budaya yang saling berbeda sehingga terjadi keadaan yang fungsinya tidak serasi dengan kehidupan. Perubahan kebudayaan mencakupbanyak aspek, baik bentuk, sifat perubahan, dampak perubahan dan mekanisme yang dilaluinya. Perubahan kebudayaan didalamnya mencangkup perubahan kebudayaan. Pembangunan dan modernisasi termasuk pula perubahan kebudayaan.
Perubahan kebudayaan yang terjadi bias memunculkan masalah, antara lain perubahan akan merugikan manusia jika perubahan tersebut bersifat regress (kemunduran) bukan progress (kemajuan), perubahan bias berdampak buruk atau menjadi bencana jika dilakukan melalui revolusi, berlangsung cepat, dan diluar kendali manusia.
3.      Penyebaran Kebudayaan
Penyebaran kebudayaan atau difusi adalah proses menyebarkan unsur-unsur kebudayaan dari suatu kelompok ke kelompok lain atau suatu masyarakat ke masyarakat lain. Kebudayaan kelomok masyarakat di suatu wilayah bias menyebar ke masyarakatwilayah lain. Misalnya, kebudayaan dari masyarakat barat (Negara-negara eropa) masuk dan mempengaruhi kebudayaan timur (bangsa asia dan afrika). Globalisasi budaya bias dikatakan pula sebagai penyebaran suatu kebudayaan secara meluas.
Dalam hal ini penyebaran kebudayaan, seorang sejarawan Arnold J. Toynbee merumuskan beberapa dalil tentang radiasi budaya sebagai berikut.
Pertama, aspek atau unsur budaya selalu masuk tidak secara keseluruhan, melainkan individual. Kebudayaan barat yang masuk kedunia timur pada abad ke 19 tidak masuk secara keseluruhan. Dunia timur tidak menganbil budaya barat secara keseluruhan, tetapi unsure tertentu, yaitu teknologi. Teknologi merupakan unsure yang paling mudah diserap. Industrialisasi di Negara-negara timur merupakan pengaruh dari kebudayaan barat.
Kedua, kekuatan menembus suatu budaya berbanding terbalik dengan nilainya. Makin tinggi dan dalam aspek budayanya, makin sulit untuk diterima. Contoh religis adalah lapisan dalam dari budaya. Religi orang barat (Kristen)sulit diterima oleh orang timur disbanding teknologinya. Alasanya, religi merupakan budaya yang paling dalam dan tinggi, sedangkan teknologi merupakan lapisan luar dari budaya.
Ketiga, jika satu unsure budaya masuk makan akan menarik unsure budaya lain. Unsur teknologi asing yang diadopsi akan membawa masuk pula nilai budaya asing melalui orang-orang asing yang bekerja di industry teknologi tersebut.
Keempat, aspek atau unsur budaya yang di tanah asalnya tidak berbahaya, bisa menjadi bahaya bagi masyarakat yang didatangi. Dalam hal ini, Toynbee memberikan contoh nasionalisme. Nasionalisme sebagai hasil evolusi social budaya dan menjadi sebab tunbuhnya Negara-negara nasional di Eropa abad ke-19 justru memecah belah system kenegaraan di dunia Timut, seperti kesultanan dan kekhalifahan di Timur Tengah.
Penyebaran kebudayaaan (difusi) bias menimbulkan masalah. Masyarakat penerima akan kehilangan nilai-nilai budaya lokal sebagai akibat kuatnya budaya asing yang masuk. Contoh globalisasi budaya yang bersumber dari kebudayaan barat pada era sekarang ini adalah masuknya nilai-nilai budaya global yang dapat member dampak negative bagi perilaku sebagai masyarakt Indonesia. Misalnya, pola hidup konsumtif, hedonism, prasmatis, dan individualistic. Akibatnya, nilai budaya bangsa seperti rasa kebersamaan dan kekeluargaan lambat laun bias hilang dari masyarakat Indonesia.
Pada dasarnya, difusi merupakan bentuk kontak antar kebudayaan. Selain difusi, kontak kebudayaan dapat pula berupa akulturasi dan asimilasi. Akulturasi berarti pertemuan antara kebudayaan atau lebih yang berbeda. Akulturasi merupakan kontak antar kedua kebudayaan, namun masing-masing masih memperlihatkan unsure-unsur budayanya. Asimilasi berarti peleburan antar kebudayaan yang bertemu. Asimilasi terjadi karena proses yang berlangsung lama dan intensif antara mereka yang berlainan latar belakang ras, suku, bangsa, dan kebudayaan. Pada umumnya, asimilasi menghasilkan kebudayaan baru.

D.    Proses Pembudayaan

A. Proses Internalisasi 
Proses internalisasi dimaksud proses panjang sejak seorang individu dilahirkan, sampai iahampir meninggal, dimana ia belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi yang diperlukannya sepanjang hidupnya.

Dalam pengertian lain, internalisasi adalah penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrinatau nilai sehingga merupakan keyakinan dan kesadaran akan kebenaran doktrin ataunilai yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002:439).

Manusia mempunyai bakat yang telah terkandung dalam gen-nya untuk mengembangkan berbagai macam perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi dalam kepribadian individunya,tetapi wujud dan pengaktifan dari berbagai macam isi kepribadiannya itu sangatdipengaruhi oleh berbagai macam stimuli yang berada dalam sekitaran alam danlingkungan sosial maupun budayanya. Perasaan pertama yang diaktifkan dalamkepribadian seorang bayi kecil pada saat ia dilahirkan keluar dari kandungan ibunya,adalah perasaan puas dan tak puas. Sekitaran yang berada di luar kandungan ibu dimanaia sekonyong-konyong berada itu memberi pengalaman tidak puas yang pertama kepadasi individu yang baru itu. Baru setelah ia dibungkus dengan selimut dan diberikesempatan untuk menyusu, maka rasa tak puas itu dipuaskan, dan perasaan puas pundialaminya. Kemudian setiap kali ia terkena pengaruh–pengaruh lingkungan yang
menyebabkan rasa tidak puas tadi ia akan menangis, dan setiap kali juga selimut dn susumen datangkan rasa puas tadi. Secara sadar si bayi telah belajar untuk tidak hanya mengalami, tetapi juga mengetahui cara bagaimana mendatangkan rasa puas, ialahdengan menangis.

B.  Proses sosialisasi
Proses sosialisasi bersangkutan dengan proses belajar kebudayaan dalam hubungandengan sistem sosial. Dalam proses itu seorang individu dari masa anak – anak hinggamasa tuanya belajar pola – pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individusekelilingnya yang menduduki beraneka macam peranan sosial yang mungkin ada dalamkehidupan sehari-hari. Menurut Soerjono Soekanto, sosialisasi adalah suatu proses di mana anggota masyarakat baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat di mana ia menjadi anggota. Proses sosialisasi antara golongan sosial yang satu dengan yang lain akan berbeda.Sebagai contoh bayi yang diasuh dalam keluarga kaum buruh dalam kota – kota industri besar di Amerika Serikat. Tokoh ayah dalam keluarga kaum buruh tidak terlalu pentingdalam proses sosialisasi pertama dari bayi, karena ayah sudah berangkat ke pabrik pagi –  pagi sebelum si bayi bangun, sedang siang ia tidak pulang untuk makan, dan barukembali pada malam hari apabila bayi sudah akan ditidurkan. Hanya pada hari Sabtu danMinggu bayi mengalami pengaruh kehadiran ayahnya.Contoh lain dari suatu proses sosialisasi yang lain akan dialami misalnya oleh bayi yangdiasuh dalam keluarga – keluarga dari berbagai suku bangsa di Irian Jaya. Di sana bayi pada waktu yang sangat muda seringkali sudah akan berhadapan dengan berbagai wanitalain selain ibunya, yang segera setelah ia merasa kuat untuk bekerja kembali, akan pergike kebun ubi tiap hari dengan membawa bayinya untuk bekerja. Bayinya diikat di atas  punggungnya, dan selama waktu istirahat bayi itu selalu dikerumuni serta banyak mendapat perhatian dari para wanita lain di kebun.
Demikianlah para individu dalam masyarakat yang berbeda akan mengalami juga prosessosialisasi yang berbeda, karena proses sosialisasi itu banyak ditentukan oleh susunankebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan.

C. Proses enkulturasi
Proses ini dapat juga kita terjemahkan dengan suatu istilah Indonesia yang cocok sekali,
yaitu “pembudayaan”. Dalam bahasa Inggris juga dipergunakan istilah“institutionalization”. Dalam proses itu seorang individu mempelajari dan menyesuaikanalam pikiran serta sikapnya dengan adat –  adat, sistem, norma, dan peraturan – peraturanyang hidup dalam kehidupannya.
 Sejak kecil proses enkulturasi itu sudah dimulai dalam alam pikiran warga suatumasyarakat, mula – mula dari orang – orang di dalam lingkungan keluarganya, kemudiandari teman – temannya bermain. Dalam masyarakat ia belajar membuat alat-alat permainan, belajar membuat alat-alat kebudayaan, belajar memahami unsur-unsur budayadalam masyarakatnya. Pada mulanya, yang dipelajari tentu hal-hal yang menarik  perhatiannya dan yang konkret. Kemudian sesuai dengan perkembangan jiwanya, iamempelajari unsur-unsur budaya lainnya yang lebih kompleks dan bersifat abstrak.

Apakah perbedaan antara enkulturasi dan sosialisasi? M.J.Herskovits berpendapat bahwa perbedaan antara enculturation (enkulturasi) dengan sosialization (sosialisasi)adalah sebagai berikut :

1) Enculturation (enkulturasi)
adalah suatu proses bagi seorang baik secara sadar maupun tidak sadar, mempelajari seluruh kebudayaan masyarakat.

2)Sosialization (sosialisasi)
adalah suatu proses bagi seorang anak untuk menyesuaikandiri dengan norma-norma yang berlaku dalam keluarganya.
  
Secara singkat perbedaan antara enkulturasi dan sosialisasi adalah dalam enkulturasiseorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikirannya dengan lingkungankebudayaannya, sedangkan sosialisaasi si individu melakukan proses penyesuaian diridengan lingkungan sosial.

D.   Proses difusi

Proses Difusi adalah saat penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok manusia di muka bumi, turut pula tersebar unsur-unsur kebudayaan dan sejarah dari proses penyebaranunsur-unsur kebudayaan ke seluruh penjuru dunia. Namun, penyebaran unsur-unsur kebudayaan juga bias tanpa melalui perpindahan kelompok-kelompok manusia atau bangsa dari suatu tempat ke tempat lain, namun karena ada individu-individu tertentuyang membawa unsur-unsur kebudayaan itu hingga jauh sekali. Bentuk difusi yang lainadalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan berdasarkan pertemuan antara-antaraindividu-individu dalam suatu kelompok manusia dengan individu-individu kelompok tetangga. Dan pertemuan- pertemuan kelompok ini dapat dengan berbagai cara.

Cara yang pertama adalah hubungan di mana antara bentuk dari kebudayaan masing-masing hampir tidak berubah. Hubungan ini disebut hubungan symbiotic.
Cara yang lain adalah bentuk hubungan yang disebabkan karena perdagangan, tetapi dengan akibat yanglebih jauh dari hubungan symbiotic.

E.     Proses Akulturasi dan Asimilasi

Akulturasi adalah konsep mengenai proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itulambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkanhilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.

Jika masalah tentang akulturasi diringkas, ada lima golongan masalah yang akan tampak,yaitu :

1.      Masalah mengenai metode-metode untuk mengobservasi, mencatat, dan melukiskan proses akulturasi dalam suatu masyarakat;2.

Masalah mengenai unsur-unsur kebudayaan asing apa yang mudah diterima, danunsur-unsur kebudayaan asing apa yang sukar diterima oleh masyarakat penerima;3.

Masalah mengenai unsur-unsur kebudayaan apa yang mudah diganti atau diubah, danunsur-unsur apa yang tidak mudah diganti atau diubah oleh unsur-unsur kebudayaanasing;4.

Masalah mengenai individu-individu apa yang suka dan cepat menerima, danindividu-individu apa yang sukar dan lambat menerima unsur-unsur kebudayaanasing;5.

Masalahmengenai ketegangan-ketegangan dan krisisi-krisis sosial yang timbulsebagai akibat akulturasi.Asimilasi adalah proses sosial yang timbul bila ada : (i) golongan-golongan manusiadengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda, (ii) saling bergaul secara langsungsecara intensif untuk waktu yang lama, sehingga (iii) kebudayaan-kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsurnyamasing-masing berubah menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran.Ada faktor-faktor yang menghambat proses asimilasi. Factor-faktor itu adalah : (i) kurang pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi, (ii) sifat takut terhadap kekuatan darikebudayaan lain; (iii) perasaan superioritas pada individu-individu dari suatu kebudayaanterhadap yang lain.


F.       Proses Inovasi
 
Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energy,dan modal, pengaturan baru dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semuaakan mneyebabkan adanya system produksi, dan dibuatnya produk-produk yang baru.Suatu penemuan biasanya juga merupakan suatu proses sosial yang panjang yang melaluidua tahap khusus, yaitu discovery dan invention. Suatu discovery adalah suatu penemuandari suatu unsur kebudayaan yang baru, baik yang berupa suatu alat baru, suatu ide baruyang diciptakan oleh seorang individu, atau suatu rangkaian dari beberapa individu dalammasyarakat yang bersangkutan. Discovery baru menjadi invention apabila masyarakatsudah mengakui, menerima, dan menerapkan penemuan baru itu.

Suatu penemuan baru selalu harus dilihat dalam rangka kebudayaan di mana penemuantadi terjadi. Hal ini disebabkan karena suatu penemuan baru jarang merupakan suatu perubahan mendadak dari keadaan tidak ada menjadi keadaan ada. Suatu penemuan baru biasanya berupa suatu rangkaian panjang, dimulai dari penemuan-penemuan kecil yangsecara akumulatif atau secara bertimbun menjadi banyak. Proses inovasi itu jugamerupakan suatu proses evolusi, bedanya ialah bahwa dalam proses evolusi individu-individu itu pasif, bahkan sering bersifat negatif.



BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan dari makalah ini adalah bahwa manusia dan budaya tidak dapat dipisahkan. Budaya merupakan perwujudan dari ide dan gagasan manusia. Sedangkan kebudayaan adalah kristalisasi dari berbagai pemikiran manusia. Sehingga tingkat kebudayaan suatu bangsa akan berbanding lurus dengan tingkat pemikiran dan peradaban bangsa tersebut. Manusia sebagai pencipta dan pengguna kebudayaan yaitu manusia yang telah dilengkapi Tuhan dengan akal  dan pikirannya menjadikan Khalifah di muka bumi dan diberikan kemampuan. Manusia memiliki kemampuan daya antara lain akal, intelegensi, intuisi, perasaan, emosi, kemauan, fantasi, dan perilaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makasih sudah Berkunjung, Jangan Lupa Tinggalkan komentar Ya Salam Kenal~

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...